Manusia Dan Keindahannya
MANUSIA DAN
KEINDAHAN
ILMU BUDAYA DASAR 1
Ditulis oleh:
Diaz Aryanta T. | 11118893
Fadhil M. Naufal | 12118352
Rahma Azizah | 15118804
Setyo Bayu Adji | 16118615
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas
segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat disusun hingga selesai. Tidak lupa
kami megucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari segala sumber yang
memberikan kami materi demi kelancaran pembuatan makalah ini.
Makalah dengan judul “Manusia dan Keindahan” ini
memuat tentang bagaimana manusia dan keindahan dapat berhubungan. Kami berharap
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dalam mengenal lebih
lanjut, dan untuk kedepannya dapat memberbaiki sifat masing – masing, baik
penulis maupun pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Depok, 26 Maret 2019
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... 2
DAFTAR
ISI ...................................................................................................................................... 3
BAB
I .................................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................................................... 4
1.2 Rumusan
Masalah ............................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Makalah ................................................................................................................... 5
BAB
II ................................................................................................................................................ 6
2.1 Pengertian Manusia ............................................................................................................ 6
2.2 Fungsi dan Peran Manusia ................................................................................................ 9
2.3 Pengertian Keindahan ........................................................................................................ 11
2.4 Hubungan Manusia dan Keindahan ................................................................................. 13
BAB
III ............................................................................................................................................. 19
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 19
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................................................ 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Setiap
makhluk mempunyai sifat keindahan yang berbeda-beda dengan sesamanya. Khususnya
manusia; makhluk hidup yang telah lama hidup di bumi ini juga memiliki
keindahan unik yan tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Masing-masing manusia
pun pula pasti memiliki keindahan yang berbeda dengan manusia lainnya.
Menurut
KBBI, keindahan berarti sifat-sifat
(keadaan dan sebagainya) yang indah. Sementara jika ditinjau dari segi bahasa, keindahan
berasal dari kata indah, yang berarti keadaan yang enak dipandang, cantik,
nyaman, bagus benar atau elok.
Keindahan
dalam arti estetika murni menyangkut pengalaman estetik seseorang dalam
hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya. Estetika sendiri adalah ilmu
yang membahas tentang keindahan atau selera dan rasa, termasuk seni.
Semakin
masyarakat mengenal estetika, maka semakin dalam apreasiasinya terhadap
keragaman paras wajah, ras, dan pengaruh visual lain pada umumnya. Apresiasi
yang lebih baik berarti memicu toleransi positif pada keanekaragamannya.
Keindahan tidak hanya terletak pada mata yang melihat, tetapi berdasarkan
konteks tertentu dari pemandangan dan subjek yang dipandang masyarakat itu
sendiri.
1.2
Rumusan Masalah
Terdapat
tiga rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1.
Apa
itu manusia?
2.
Apa
itu keindahan?
3.
Apa
hubungan antara manusia dan keindahan?
1.3
Tujuan Makalah
Tujuan
dari pembuatan makalah berjudul “Manusia dan Keindahan”, adalah sebagai
berikut:
1.
Mengetahui
definisi manusia beserta hakikatnya.
2.
Mengetahui
apa itu keindahan dan keberadaannya di sekitar manusia.
3.
Memahami
hubungan yang terjadi di antara manusia dan keindahan.
BAB II
ISI
2.1
Pengertian Manusia
Manusia merupakan ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa sebagai khalifah di bumi dengan dibekali akal pikiran untuk
berkarya dimuka bumi. Manusia memiliki perbedaan baik secara biologis maupun
rohani. Secara biologis umumnya manusia dibedakan secara fisik sedangkan secara
rohani manusia dibedakan berdasarkan kepercayaannya atau agama yang dianutnya.
Kehidupan manusia sendiri sangatlah kompleks,
begitu pula hubungan yang terjadi pada manusia—yang mana tentu saja sangatlah
luas. Hubungan tersebut dapat terjadi antara manusia dengan manusia, manusia
dengan alam, manusia dengan makhluk hidup yang ada di alam, dan manusia dengan
Sang Pencipta. Semua hubungan yang terjadi berkat interaksi-interaksi ini amat
dinamis.
Manusia secara alamiah telah
memiliki bekal yang dianugerahi oleh Tuhan yang Maha Esa. Anugrah tersebut
dapat berupa kemampuan, akal, serta pikiran. Hal tersebut merupakan modal awal
kita menjalani kehidupan di dunia.
Dalam bahasa manusia diartikan
sebagai makhluk yang berpikir dan berakal budi. Sedangkan secara istilah
manusia merupakan konsep atau gagasan yang ada dalam suatu kelompok
tertentu. Dari dua pengertian di atas rupanya belum memuaskan di berbagai pihak.
Hal tersebut dibuktikan dengan banyak ahli yang mengungkapkan pendapatnya
mengenai definisi dari manusia itu sendiri.
a.
NICOLAUS D.
& A. SUDIARJA
Manusia adalah bhineka, tetapi
tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani
dan rohani merupakan satu barang.
b.
ABINENO J.I
Manusia adalah “tubuh yang berjiwa”
dan bukan “jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana”.
c.
UPANISADS
Manusia adalah kombinasi dari
unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana atau badan.
d.
OMAR
MOHAMMADAL-TOUMY AL-SYAIBANY
Manusia adalah mahluk yang paling
mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah mahluk yang
memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya
dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.
e.
SOKRATES
Manusia
adalah mahluk hidup berkaki dua yang tidak berbulu dengan kuku datar dan lebar.
f.
KEES BERTENS
Manusia
adalah suatu mahluk yang terdiri dari 2 unsur yang kesatuannya tidak
dinyatakan.
g.
I WAYAN
WATRA
Manusia adalah mahluk yang dinamis
dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa.
h.
ERBE SENTANU
Manusia
adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dibilang manusia adalah
ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain.
i.
PAULA J. C
& JANET W. K
Manusia
adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban tanggung
jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola
berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinan.
Para pengulas terdahulu, tidak mampu melihat adanya
gagasan, bahwa bentuk manusia bisa jadi telah mengalami transformasi. Meskipun
demikian, mereka berkehendak untuk mengakui bahwa perubahan-perubahan mungkin
saja benar-benar telah terjadi dan mereka mengakui kemajuan tahapan-tahapan
disepanjang perkembangan embrionik, suatu gejala yang biasa teramati pada
seluruh kurun waktu dalam sejarah. Meskipun demikian hanya pada masa kita
inilah, sains modern mengizinkan kita untuk sepenuhnya memahami arti ayat-ayat
al-qur’an yang menunjuk kepada tahapan-tahapan berurutan dari perkembangan
embrionik di dalam rahim.
Pada saat ini memang kita bisa bertaya-tanya apakah
perujukan-perujukan yang ditujukan kepada tahap-tahap berurutan dari
perkembangan manusia, paling ridak pada beberapa ayat, tidak melampaui sekadar
pertumbuhan embrionik sedemikian, sehingga mencakup transformasi-transformasi
morfologi manusia yang terjadi selama berabad-abad. Kemajuan
perubahan-perubahan itu telah secara resmi dibuktikan oleh palenteologi dan
buktinya sangat banyak sehingga tidak perlu lagi untuk mempertanyakannya.
Para penafsir al-qur’an terdahulu barang kali tak
punya firasat bakal adanya penemuan-penemuan pada berabad-abad kemudian. Mereka
hanya bisa memandang ayat-ayat khusus ini dalam konteks perkembangan embrio,
tak ada alternatif lain pada masa itu.
Kemudian tibalah bom Darwin yang melalui pemuntiran
terang-terangan teori darwin oleh para pengikut awalnya mengekstrapolasikan
pengertian tentang suatu evolusi yang bisa diterapkan atas manusia, meskipun tingkat
evolusinya belum lagi dibuktikan di dalam dunnia hewan. Dalam hal darwin teori
tersebut di dorong sampai ke tingkat ekstrim sedemikian sehingga para penelliti
mengklaim sebagai telah memiliki bukti bahwa manusia berasal dari kera suatu
gagasan yang bahkan pada masa sekarang, tak seorang ahli paleontologi terhormat
sekalipun membuktikannya. Meski demikian rerdapat satu jurang yang sangat
senjang di antara konsep tentang manusia yang berasal dari kera.
Pada dasarnnya ada tiga aspek pokok dalam diri manusia
yaitu fisik, mental dan spiritual. Aspek fisik merupakan segala hal yang dapat
dirasakan oleh panca indra manusia. Aspek mental yang membedakan manusia dengan
dengan makhluk lain. Dengan adanya mental manusia dapat berfikir,
mempertimbangkan dan mengambil keputusan untuk suatu permasalahan. Sedangkan
spiritual dapat diibaratkan sebagai navigator kehidupan. Dia yang akan
memberikan warna dan arah dari kehidupan yang dijalani manusia.
2.2
Fungsi dan Peran Manusia
Pada hakikatnya, manusia memiliki dua peran utama,
yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam berinteraksi dengan
lingkungannya, ada hubungan secara vertikal (hubungan dengan Tuhan) dan secara
horizontal (hubungan dengan sesama manusia, alam sekitar, dan makhluk lain).
Manusia sebagai makhluk sosial berarti manusia tidak bisa hidup sendiri. Sejak
lahir sampai mati, manusia akan selalu membutuhkan kehadiran orang lain selain
dirinya. Jika manusia tidak berinteraksi, maka manusia tersebut tidak bisa
dikatakan manusia. Karena itu, dalam hubungan sesama manusia terdapat model dan
kualitas yang berbeda.
Ada tiga teori yang menerangkan model dan kualitas
hubungan antarmanusia, yaitu:
a.
Teori
Transaksional (Model Pertukaran Sosial)
Menurut teori ini, hubungan antar
manusia (interpersonal) itu berlangsung mengikuti kaidah transaksional, yaitu
apakah masing-masing merasa memperoleh keuntungan dalam transaksinya atau malah
merugi. Jika merasa memperoleh keuntungan maka hubungan itu pastimulus, tetapi
jika merasa rugi maka hubungan itu akan terganggu , putus, atau bahkan berubah
menjadi permusuhan. Demikian juga rakyat dan pemimpin, suami- isteri, mantu –
mertua direktur-anak buah, guru-murid, mereka berpikir; kontribusi mereka
sebanding dengan keuntungan yang diperoleh atau malah rugi. Demikian juga
hubungan antara daerah dengan pusat, antara satu entitas dengan entitas lain.
b.
Teori Peran
Menurut
teori ini, sebenarnya dalam pergaulan sosial itu sudah ada skenari yang disusun
oleh masyarakat, yang mengatur apa dan bagaimana peran setiap orang dalam
pergaulannya. Dalam skenario itu sudah `tertulis” seorang Presiden harus
bagaimana, seorang gubernur harus bagaimana, seorang guru harus bagaimana,
murid harusbagaimana. Demikian juga sudah tertulis peran apa yang harus
dilakukan oleh suami, isteri, ayah, ibu, anak, mantu, mertua dan seterusnya.
Menurut teori ini, jika seseorang mematuhi skenario,maka hidupnya akan harmoni
tetapi jika menyalahi skenario, maka ia akan dicemooh oleh penonton dan ditegur
sutradara. Dalam era reformasi sekarang ini nampak sekali pemimpin yang
menyalahkan skenario sehingga sering didemo publik.
c.
Teori Permainan
Menurut teori ini, klassifikasi
manusia itu hanya terbagi tiga, yaitu anak-anak, orang dewasa dan orang tua. Anak-anak
itu manja, tidak ngerti tanggungjawab, dan jika permintaanya tidak segera
dipenuhi ia akan nangis terguling-guling atau ngambek. Sedangkan orang dewasa,
ia lugas dan sadar akan tanggungjawab, sadar akibat dan sadar resiko. Adapun
orang tua, ia selalu memaklumi kesalahan orang lain dan menyayangi mereka.
Tidak ada orang yang merasa aneh melihat anak kecil menangis terguling-guling
ketika minta eskrim tidak dipenuhi, tetapi orang akan heran jika ada orang tua
yang masih kekanak-kanakan.
2.3
Pengertian Keindahan
Keindahan
atau keelokan merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau
gagasan yang memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau
kepuasan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keindahan diartikan sebagai
keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok. Keindahan
dipelajari sebagai bagian dari estetika, sosiologi, psikologi sosial, dan
budaya. Sebuah "kecantikan yang ideal" adalah sebuah entitas yang
dikagumi, atau memiliki fitur yang dikaitkan dengan keindahan dalam suatu
budaya tertentu, untuk kesempurnaannya.
Pengalaman “keindahan” sering melibatkan penafsiran
beberapa entitas yang seimbang dan selaras dengan alam, yang dapat menyebabkan
perasaan daya tarik dan ketenteraman emosional. Karena ini adalah pengalaman
subyektif, sering dikatakan bahwa beauty
is in the eye of the beholder atau “keindahan itu berada pada mata yang
melihatnya”.
Keindahan identik dengan kebenaran. Keindahan
kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama
yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak
mengandung kebenaran berarti tidak indah. Keindahan juga bersifat universal,
artinya tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu dan tempat, kedaerahan,
selera mode, kedaerahan atau lokal.
Keindahan alam arti luas merupakan pengertian semula
dari bangsa Yunani dulu yang didalamnya tercakup pula kebaikan. Sementara,
keindahan dalam arti estetik murni menyangkut pengalaman estetis dari seseorang
dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang dilihatnya. Lalu, keindahan dalam
arti terbatas lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang
dicerna dengan penglihatan, yakni berupa keindahan dari bentuk dan warna.
Menurut Plato, sumber rasa keindahan adalah cinta
kasih, karena ada kecintaan maka kita manusia selalu ingin kembali menikmati
apa yang telah dicintainya itu. Rasa cinta pada manusia bukan hanya tertuju
pada keindahan, tetapi juga kebaikan (moral) dan kebenaran (ilmu pengetahuan).
Rasa cinta pada keindahan timbul karena manusia
sendiri telah belajar hal yang dicintainya itu. Pendidikan menjadi proses
tertanamnya rasa cinta pada keindahan dan dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Manusia
dididik untuk mencintai keindahan nyata yang tunggal, seperti tubuhnya sendiri,
tubuh seorang manusia.
b. Kemudian
di didik untuk mencintai keindahan tubuh yang lain, sehingga tertanam hakikat
keindahan tubuh manusia.
c. Keindahan
tubuh yang bersifat rohaniah lebih luhur daripada keindahan tubuh yang bersifat
jasmani.
d. Keindahan
rohaniah dapat menuntun manusia mencintai segala sesuatu lainnya yang bersifat
rohani, misalnya ilmu pengetahuan.
e. Pada
akhirnya manusia harus dapat menangkap ide keindahan itu sendiri tanpa kaitan
dengan sifat jasmaninya itu sendiri.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat keindahan yang
melekat pada benda dan ada juga keindahan yang berada di luar benda itu
sendiri. Keindahan pada benda atau objek merupakan ilusi dari keindahan yang
sebenarnya. Ada bentuk indah yang abadi, sedangkan keindahan benda di dunia
fisik hanyalah tiruan dari ide keindahan yang abadi itu sendiri, keindahan
bersifat transendental/transcendental. Ada keindahan yang sederhana dan ada
keindahan yang kompleks. Keindahan sederhana menunjukkan adanya kesatuan yan
sederhana.
Jika di jelajahi asal muasalnya, bisa jadi pemikiran
Plato yang satu ini adalah sumber salah satu prinsip prinsip seni yang umum
digunakan, yaitu: kesatuan. Sedangkan keindaan kompleks menunjukkan adanya
ukuran, proporsi, dan unsur-unsur yang membentuk kesatuan besar. Prinsip
kesatuan tersebut nyatanya banyak dianut oleh para filsuf lain. Plato tidak
hanya melihat bahwa kesatuan hanyalah satu-satunya ciri keindahan. Kesatuan
hanya merupakan salah satu karakteristik keindahan.
Dilihat dari beberapa persepsi tentang keindahan
berikut ini:
a.
Keindahan adalah sesuatu yang
rnendatangkan rasa menyenangkan bagi yang melihat(Tolstoy).
b.
Keindahan adalah keseluruhan yang
merupakan susunan yang teratur dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu
sarna lain, atau dengan keseluruhan itu sendiri. Atau, beauty is an order of parts in their manual relations and in their
relation to the whole (Baumgarten).
c.
Yang indah hanyalah yang baik. Jika
belum baik ciptaan itu belurn indah.
Keindahan harus dapat memupuk perasaan moral. Jadi ciptaan-ciptaan yang
amoral tidak bisa dikatakan indah, karena tidak dapat digunakan untuk memupuk
moral (Sulzer).
d.
Keindahan dapat terlepas sarna sekali
dari kebaikan (Winehelmann).
e.
Yang indah adalah yang rnemiliki
proporsi yang harmonis. Karena proporsi yang harrnonis itu nyata, maka keindahan
itu dapat disamakan dengan kebaikan. Jadi, yang indah adalah nyata dan yang
nyata adalah yang baik (Shaftesbury).
f.
Keindahan adalah sesuatu yang dapat
mendatangkan rasa senang (Hume).
g.
Yang indah adalah yang paling banyak
mendatangkan rasa senang, dan itu adalah yang dalam waktu sesingkat-singkatnya
paling banyak memberikan pengalaman yang menyenangkan (Hemsterhuis).
2.4
Hubungan Manusia dan Keindahan
Manusia memiliki lima komponen yang secara otomatis
dimiliki ketika manusia tesebut dilahirkan. Kelima komponen tersebut adalah:
1.
Nafsu,
2.
Akal,
3.
Hati,
4.
Ruh, dan
5.
Sirri (rahasia ilahi).
Dengan modal yang telah diberikan kepada manusia
itulah (nafsu, akal, dan hati) akhirnya manusia tidak dapat dipisahkan dengan
sesuatu yang disebut dengan keindahan. Dengan akal, manusia memiliki
keinginan-keinginan yang menyenangkan (walaupun hanya untuk dirinya sendiri)
dalam ruang renungnya. Dengan akal pikiran manusia melakukan kontemplasi
komprehensif guna mencari niolai-nilai, makna, manfaat, dan tujuan dari suatu
penciptaan yang akhirnya pada kepuasan, dimana kepuasan ini juga merupakan
salah satu indikator dari keindahan.
Akal dan budi merupakan kekayaan manusia tidak
dirniliki oleh makhluk lain. Oleh akal dan budi manusia memiliki kehendak atau
keinginan pada manusia ini tentu saja berbeda dengan “kehendak atau keinginan”
pada hewan karena keduanya timbul dari sumber yang berbeda. Kehendak atau
keinginan pada manusia bersumber dari akal dan budi, sedangkan kehendak atau
keinginan pada hewan bersumber dari naluri.
Sesuai dengan sifat kehidupan yang menjasmani dan
merohani, maka kehendak atau keinginan manusia itu pun bersifat demikian.
Jumlahnya tak terbatas. Tetapi jika dilihat dari tujuannya, satu hal sudah
pasti yakni untukmenciptakan kehidupan yang menyenangkan, yang memuaskan
hatinya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa “yang mampu menyenangkan atau memuaskan
hati setiap manusia itu tidak lain hanyalah sesuatu yang “baik”, yang “indah”.
Maka “keindahan pada hakikatnya merupakan dambaan setiap manusia; karena dengan
keindahan tu itu manusia merasakan nyaman hidupnya. Melalui suasana,
keindahan itu perasaan “(ke) manusia (annya)” tidak terganggu.
Dengan adanya keinginan-keinginan tersebut, manusia
menggunakan napsunya untuk mendorong hasrat atau keinginan yang dipikirkan atau
direnungkan oleh sang akal tadi agar bisa terrealisasikan. Ditambah lagi dengan
anugrah yang diberikan-Nya kepada kita (manusia) yakni berupa hati, dimana
dengan hati ini manusia dapat merasakan adanya keindahan, oleh karena itu
manusia memiliki sensibilitas estetik.
Selain itu manusia memang secara hakikat membutuhkan
keindahan guna kesempurnaan pribadinya. Tanpa estetika manusia tidak akan
sempurna, Karena salah satu unsur dari kehidupan adalah estetika. Sedang
manusia adalah mahluk hidup, jadi manusia dan keindahan memang tak bisa
dipisahkan sehingga diperlukan pelestarian bentuk keindahan yang dituangkan
dalam berbagai bentuk kesenian (seni rupa, seni suara maupun seni pertunjukan)
yang nantinya manjadi bagian dari kebudayaannya yang dapat dibanggakan dan
mudah-mudahan terlepas dari unsur politik.
Kawasan keindahan bagi manusia sangat luas, seluas
keanekaragaman manusia dan sesuai pula dengan perkembangan peradaban teknologi,
sosial, dan budaya. Karena itu keindahan dapat dikatakan sebagai bagian hidup manusia.
Keindahan tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dimanapun, kapanpun, dan
siapa saja dapat menikmati keindahan.
Keindahan identik dengan kebenaran. Keindahan
merupakan kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai
yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang
tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah. Karena itu tiruan lukisan
Monalisa tidak indah, karena dasarnya tidak benar. Sudah tentu kebenaran disini
bukan kebenaran ilmu, melainkan kebenaran menurut konsep seni. Dalam seni, seni
berusaha memberikan makna sepenuh-penuhnya mengenai obyek yang diungkapkan.
Manusia menikmati keindahan berarti manusia
mempunyai pengalaman keindahan. Pengalaman keindahan biasanya bersifat terlihat
(visual) atau terdengar (auditory)
walaupun tidak terbatas pada dua bidang tersebut. Keindahan tersebut pada
dasarnya adalah almiah. Alam itu ciptaan Tuhan. Alamiah itu adalah wajar tidak
berlebihan dan tidak kurang. Konsep keindahan itu sendiri sangatlah abstrak. Batas
keindahan akan behenti pada pada sesuatu yang indah dan bukan pada keindahan
itu sendiri.
Keindahan mempunyai daya tarik yang selalu
bertambah, sedangkan yang tidak ada unsur keindahanya tidak mempunyai daya
tarik. Orang yang mempunyai konsep keindahan adalah orang yang mampu
berimajinasi, rajin dan kreatif dalam menghubungkan benda satu dengan yang
lainya. Dengan kata lain imajinasi merupakan proses menghubungkan suatu benda
dengan benda lain sebagai objek imajinasi. Demikian pula kata indah diterapkan
untuk persatuan orang-orang yang beriman, para nabi, orang yang menghargai
kebenaran dalam agama, kata dan perbuatan serta orang-orang yang saleh
merupakan persahabatan yang paling indah.
Jadi keindahan mempunyai dimensi interaksi yang
sangat luas baik hubungan manusia dengan benda, manusia dengan manusia, manusia
dengan Tuhan, dan bagi orang itu sendiri yang melakukan interaksi. Pengungkapan
keindahan dalam karya seni didasari oleh motivasi tertentu dan dengan tujuan
tertentu pula. Motivasi itu dapat berupa pengalaman atau kenyataan mengenai
penderitaan hidup manusia, mengenai kemerosotan moral, mengenai perubahan
nilai-nilai dalam masyarakat, mengenai keagungan Tuhan, dan banyak lagi
lainnya. Tujuannya tentu saja dilihat dari segi nilai kehidupan manusia,
martabat manusia, kegunaan bagi manusia secara kodrati.
Ada beberapa alasan mengapa manusia menciptakan
keindahan, yaitu sebagai berikut:
1.
Tata nilai yang telah
usang.
Tata nilai yang terjelma dalam adat istiadat ada
yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan, sehingga dirasakan sebagai
hambatan yang merugikan dan mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan, misalnya
kawin paksa, pingitan, derajad wanita lebih rendah dari derajad laki-laki.
Tata nilai semacam ini dipandang sebagai hal yang
mengurangi nilai moral kehidupan masyarakat, sehingga dikatakan tidak indah.
Yang tidak indah harus disingkirkan dan digantikan dengan yang indah.
Yang indah ialah tata nilai yang menghargai dan
mengangkat martabat manusia, misalnya wanita. Hal ini menjadi tema para sastrawan
zaman Balai Pustaka, dengan tujuan untuk merubah keadaan dan memperbaiki nasib
kaum wanita. Sebagai contoh novel yang dapat menggambarkan tema merubah keadaan
dan memperbaiki nasib kaum wanita ialah "layar terkembang" oleh Sutan
Takdir Alisyahbana, "Siti Nurbaya" oleh Marah Rusli.
2.
Kemerosotan zaman.
Keadaan yang merendahkan derajat dan nilai
kemanusiaan ditandai dengan kemerosotan moral. Kemerosotan moral dapat
diketahui dari tingkah laku dan perbuatan manusia yang bejad terutama dari segi
kebutuhan seksual. Kebutuhan seksual ini dipenuhinya tanpa menghiraukan
ketentuan-ketentuan hukum agama, dan moral masyarakat. Yang demikian itu
dikatakan tidak baik, yang tidak baik itu tidak indah. Yang tidak indah itu
harus disingkirkan melalui protes yang antara lain diungkapkan dalam karya
seni. Sebagai contoh ialah karya seni berupa sanjak yang dikemukakan oleh W.S.
Rendra berjudul "Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta". Di sini
pengarang memprotes perbuatan bejad para pejabat, yang merendahkan derajad
wanita dengan mengatakan sebagai inspirasi revolusi, tetapi tidak lebih dari
pelacur.
3.
Penderitaan manusia.
Banyak faktor yang membuat manusia itu menderita.
Tetapi yang paling menentukan adalah factor manusia itu sendiri. Manusialah
yang membuat manusia lain menderita sebagai akibat napsu ingin berkuasa, keserakahan,
tidak berhati-hati, dan sebagainya. Keadaan demikian ini tidak mempunyai daya
tarik dan tidak menyenangkan, karena nilai kemanusiaan telah diabaikan, dan
dikatakan tidak indah.
4.
Keagungan Tuhan
Keagungan
Tuhan dapat dibuktikan melalui keindahan alam dan keteraturan alam semesta
serta kejadian-kejadian alam. Keindahan alam merupakan keindahan mutlak ciptaan
Tuhan. Manusia hanya dapat meniru saja keindahan ciptaan Tuhan itu.
Seindah-indah tiruan terhadap ciptaan Tuhan, tidak akan menyamai keindahan
ciptaan Tuhan itu sendiri. Kecantikan seorang wanita ciptaan Tuhan membuat
kagum seniman Leonardo da Vinci. Karena itu ia berusaha meniru ciptaan Tuhan
dengan melukis Monalisa sebagai wanita cantik. Lukisan monalisa sangat terkenal
karena menarik dan tidak membosankan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Manusia merupakan ciptaan Tuhan yang
Maha Esa sebagai khalifah di bumi dengan dibekali akal pikiran untuk berkarya
di muka bumi. Kehidupan manusia sendiri sangatlah kompleks, begitu pula
hubungan yang terjadi pada manusia—yang mana tentu saja sangatlah luas.
Pada hakikatnya, manusia memiliki dua peran utama,
yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Ada tiga teori yang
menerangkan model dan kualitas hubungan antarmanusia, yaitu:
a.
Teori Transaksional (Model Pertukaran Sosial)
b.
Teori Peran
c.
Teori Permainan
Kata keindahan berasal dari kata indah, artinya
bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya. Menurut Plato, sumber rasa
keindahan adalah cinta kasih, karena ada kecintaan maka kita manusia selalu
ingin kembali menikmati apa yang telah dicintainya itu.
Ada beberapa alasan mengapa manusia menciptakan
keindahan, yaitu sebagai berikut:
a.
Tata nilai yang telah usang.
b.
Kemerosotan zaman.
c.
Penderitaan manusia.
d.
Keagungan Tuhan
DAFTAR PUSTAKA
·
serupa.id. 2018. Estetika – Pengantar
Filsafat Keindahan, Rasa dan Selere di https://serupa.id/pengantar-estetika-filsafat-keindahan-rasa-dan-selera/
(Diakses pada 16/03/2019)
·
Om Makplus. 2015. Pengertian Manusia
serta Definisi Manusia Menurut Para Ahli di http://www.definisi-pengertian.com/2015/12/pengertian-manusia-definisi-menurut-ahli.html
(Diakses pada 19/03/2019)
·
User blog.uin-malang.ac.id. 2011. Manusia dan Keindahan di http://blog.uin-malang.ac.id/gudangmakalah/2011/06/17/manusia-dan-keindahan/ (Diakses pada 25/03/2019)
·
Yudha
Budiman. 2011. Hubungan Manusia dan Keindahan di http://tugas-tugas-yudha.blogspot.com/2011/05/hubungan-manusia-dan-keindahan.html
(Diakses pada 25/03/2019)
Comments
Post a Comment